PENDIDIKAN
JASMANI DAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
DISUSUN
GUNA MEMENUHI
TUGAS MATA KULIAH TEORI DAN PRAKTEK ATLETIK
LANJUT
DOSEN PENGAMPU POMO WARIH ADI,
S.Pd., M.Or
OLEH :
NAMA : TANJUNG PRATAMA
NIM :
K4611102
PRODI
PENJASKESREK
FAKULTAS
KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
2013
2013
MAKALAH
ATLETIK
“DEFINISI
CABANG OLAHRAGA TOLAK PELURU, LARI 100 M, DAN LOMPAT JAUH”
Kata Pengantar
Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta
seperangkat aturan-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta
inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tema “Definisi
Cabang Olahraga Tolak Peluru, Lari 100 M, dan Lompat Jauh” yang sederhana
ini dapat terselesaikan tidak kurang daripada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain
untuk memenuhi salah satu dari sekian kewajiban mata kuliah Teori dan Praktek
Atletik Lanjut serta merupakan bentuk langsung tanggung jawab penulis pada
tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, penulis juga
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bpk. Pomo Warih Adi, S.Pd., M.Or selaku dosen mata kuliah Teori dan
Praktek Atletik Lanjut serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana
penulis pun sadar bawasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput
dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Tuhan Azza
Wa’jala hingga dalam penulisan dan penyusununnya masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penulis
nanti dalam upaya evaluasi diri.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak
sempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang
dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca, dan bagi
seluruh mahasiswa-mahasiswi Universitas Sebelas Maret. Amien ya Rabbal
‘alamin.
Wassalalam,
Surakarat,
2012
BAB 1
TOLAK PELURU
Dalam dunia olahraga, dikenal
banyak sekali cabang olahraga, antara lain adalah atletik, permainan, senam dan
beladiri. Dari keempat cabang olahraga tersebut, atletik mempunyai peranan
penting, karena gerakan-gerakannya merupakan gerakan dasar bagi cabang olahraga
lainnya
Istilah atletik berasal dari
bahasa Yunani athlon yang berarti “berlomba”
Atau “bertanding”. Kita dapat
menjumpai kata pentathlon yang terdiri dari penda berarti “lima” atau panca
athlon berarti “lomba”. Arti selengkapnya ialah “panca lomba” atau perlombaan
yang terdiri dari lima nomor.
Menurut Saputra, YM (2001:2)
Atletik merupakan kegiatan manusia
sehari-hari yang dapat dikembangkan menjadi kegiatan bermain dan berolahraga
yang diperlombakan dalam bentuk jalan, lari, lompat, dan lempar. Atletik
merupakan dasar bagi pembinaan olahraga. Karena itu atletik sangat penting
untuk diajarkan kepada siswa dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan
Tinggi (PT). Pembelajaran atletik di sekolah, secara khusus dibina kepada siswa
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) melalui mata pelajaran jasmani.
Berdasarkan pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa di dalam olahraga atletik, terdapat nomor jalan, lari, lompat
dan lempar yang pada masing-masing nomor memiliki jenis-jenis olahraga yang
berbeda.
B. Tolak Peluru
Tolak peluru merupakan salah satu
jenis keterampilan menolakkan benda berupa peluru sejauh mungkin. Tujuan tolak
peluru adalah untuk mencapai jarak tolakan yang sejauh-jauhnya. Sesuai dengan
namanya, tolak, bukan lempar, alat itu ditolak atau didorong dengan satu
tangan, bermula diletakkan dipangkal bahu. Terdapat beberapa gaya dalam tolak
peluru diantaranya adalah gaya membelakangi (O,Brein)
dan gaya menyamping (Ortodok). Dalam penelitian
pengembangan ini peniliti memilih gaya menyamping (Ortodok)
sebagai materi penelitian yang sesuai dengan materi pendidikan jasmani yang
diberikan di kelas VII SMP Negeri 3 Batu. Adapun penjelasan mengenai tolak
peluru gaya menyamping adalah sebagai berikut:
1.Cara Memegang Peluru
Ada tiga cara memegang peluru, yaitu:
a. Jari-jari agak merenggang, jari kelingking agak
ditekuk dan berada di samping peluru, sedangkan ibu jari dalam sikap
sewajarnya.
b.Cara kedua seperti cara nomor 1, hanya saja jari
kelingking tidak di samping peluru tetapi agak berada di belakang.
c. Cara ketiga seperti cara di atas, hanya sikap
jari-jari lebih direnggangkan lagi, sedang letak jari kelingking juga di
belakang peluru.
2. Cara Menempetkan Peluru pada Bahu.
Peluru tidak diletakkan tepat di
atas bahu, tetapi agak turun sedikit ke depan.Telapak tangan menghadap depan
agak ke atas. Siku pemegang peluru lurus ke samping sejajar dengan bahu. Tangan
yang satunya siku ditekuk berada di depan dahi.
3. Cara Melakukan Gerakan Tolak Peluru Gaya
Menyamping
Dalam gaya menyamping ini arah
tolakan berada di samping kiri penolak.
a. Lakukan gerakan pendahuluan
Dengan berdiri dengan berat badan
pada kaki kanan, lutut sedikit ditekuk, badan membungkuk kaki kiri diayunkan ke
samping.
b. Gerakan tolakan
Setelah ayunan dirasa enak kaki
kanan ikut bergeser kearah kiri, begitu kaki kiri mendarat bersamaan dengan
kaki kanan, lengan kiri memutar badan ke kiri diikuti menolakkan peluru kearah
atas depan. Sudut tolakan kurang lebih 40 derajat.
c. Gerak lanjutan
Setelah peluru didorong kedepan
posisi kaki berubah yaitu kaki kanan ke depan kaki kiri lurus ke belakang.
Gerakan lanjutan ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan `dan agar badan tidak
terjerumus ke luar lingkaran.
4. Peralatan dalam Tolak Peluru
Alat yang di butuhkan dalam tolak
peluru antara lain rol meter, bendera kecil, kapur dan peluru. Di
dalam Competition Rules 2006-2007 IAAF pasal 187 disebutkan bahwa peluru untuk
senior putra 7.25 kg , untuk junior putra 6 kg,untuk remaja putra 5 kg,untuk
junior putri 3 kg,untuk remaja,junior dan senior putri 4 kg. Dalam pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan berat dan ukuran peluru dapat disesuaikan
dengan tenaga dan ukuran peserta. Menurut Gerry A. Carr “Berat peluru
bervariasi mulai dari 0,5 kg (1,1pon) hingga ke berat lomba (7,25 kg[16lb]
untuk putra dan [[8 lb 13 ons] untuk putri”. Hal ini dimaksudkan agar materi
tolak peluru dapat di sampaikan dengan baik kepada siswa melalui pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan.
5. Lapangan Tolak Peluru
Lingkaran tolak peluru harus
dibuat dari besi, baja atau bahan lain yang cocok yang dilengkungkan, bagian
atasnya harus rata dengan permukaan tanah luarnya. Bagian dalam lingkaran tolak
dibuat dari semen , aspal atau bahan lain yang padat tetapi tidak licin.
Permukaan dalam lingkaran tolak harus datar anatara 20 mm sampai 6 mm lebih
rendah dari bibir atas lingkaran besi. Garis lebar 5 cm harus dibuat di atas
lingkaran besi menjulur sepanjang 0.75 m pada kanan kiri lingkaran garis ini
dibuat dari cat atau kayu. Diameter bagian dalam lingkaran tolak adalah 2,135
m. Tebal besi lingkaran tolak minimum 6 mm dan harus di cat putih. Balok
penahan dibuat dari kayu atau bahan lain yang sesuai dalam sebuah busur atau
lengkungan sehingga tepi dalam berhimpit dengan tepi dalam lingkaran tolak,
sehingga lebih kokoh. Lebar balok 11,2-30 cm, panjangnya 1,21-1,23 m di dalam,
tebal 9,8-10,2 cm.
BAB 2
LARI 100 M
Atletik
adalah aktifitas jasmani yang kompetitif atau dapat diadu berdasarkan gerak
dasar manusia, yaitu seperti berjalan, berlari, melempar, dan melompat. Atletik
seperti yang kita ketahui sekarang, dimulai sejak diadakan olympiade modern
yang pertama kali diselenggarakan di kota Athena pada tahun 1896 dan sampai
terbentuknya badan dunia federasi athletik amatir internasional tahun 1912.
Atletik pertama kali diperkenalkan di Indonesia dengan sebutan Netherlands
Indische Athletick Unie (NIBU) tanggal 12 Juli 1917 dan dalam perkembangannya
terbentuk suatu organisasi yang bergerak dibidang atletik dengan nama Persatuan
Sprint
atau lari cepat merupakan salah satu nomor lomba dalam cabang olahraga atletik.
Sprint atau lari cepat merupakan semua perlombaan lari dimana peserta berlari
dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang ditempuh. Sampai dengan jarak
400 meter masih digolongkan dalam lari cepat atau print. Menurut Arma abdoellah
(1981; 50) pada dasarnya gerakan lari itu untuk semua jenis sama. Namun dengan
demikian dengan adanya perbedaan jarak tempuh, maka sekalipun sangat kecil
terdapat pula beberapa perbedaan dalam pelaksanaannya. Sedangkan yang dimaksud
dengan perbedaan atau pembagian jarak dalam nomor lari adalah lari jarak pendek
(100 – 400 meter), lari menengah (800 – 1500 meter), lari jauh (5000 meter atau
lebih). Lari jarak pendek atau sprint adalah semua jenis lari yang sejak start
ampai finish dilakukan dengan kecepatan maksimal. Beberapa faktor yang mutlak
menentukan baik buruknya dalam sprint ada tiga hal yaitu start, gerakan sprint,
dan finish.
Penguasaan teknik merupakan kemampuan untuk memahami atau mengetahui suatu rangkaian spesifik gerakan atau bagian pergerakan olahraga dalam memecahkan tugas olahraga dan dapat menggunakan pengetahuan yang dimiliki tersebut. Penguasaan teknik sprint diartikan sebagai kemampuan atlet dalam mengetahui atau memahami teknik lari sprint dan dapat menggunakan teknik lari sprint dengan baik.
Penguasaan teknik dipengaruhi beberapa dua faktor, yaitu:
Penguasaan teknik merupakan kemampuan untuk memahami atau mengetahui suatu rangkaian spesifik gerakan atau bagian pergerakan olahraga dalam memecahkan tugas olahraga dan dapat menggunakan pengetahuan yang dimiliki tersebut. Penguasaan teknik sprint diartikan sebagai kemampuan atlet dalam mengetahui atau memahami teknik lari sprint dan dapat menggunakan teknik lari sprint dengan baik.
Penguasaan teknik dipengaruhi beberapa dua faktor, yaitu:
a. Pengetahuan
Menurut
Jujun S. Suriasumantri (1993: 103) pengetahuan pada hakekatnya adalah merupakan
segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek termasuk kedalamnya ilmu.
Sedangkan menurut Sidi Gazalba dalam Amsal Bakhtiar (2006; 85) pengetahuan
adalah apa yang kita ketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut
adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu
adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan
proses dari usaha manusia untuk tahu.
b. Aplikasi atau penerapan
Aplikasi
teknik merupakan penerapan penggunaan teknik lari sprint yang dilakukan oleh
atlet didalam perlombaan. Didalam suatu perlombaan atlet akan berusaha untuk
mengeluarkan semua kemampuan yang dimiliki untuk mencapai penampilan terbaik
dan prestasi maksimal. Setiap atlet memiliki kemampuan yang berbeda dan cara
yang berbeda pula dalam menerapkan atau mengaplikasikan teknik sprint dalam
perlombaan. Seperti yang dikatakan IAAF (1993; 115) kemampuan untuk melakukan
suatu teknik yang sempurna adalah tidak sama sebagai seorang pelaku yang penuh
ketangkasan. Atlet yang tangkas memiliki teknik yang baik dan konsisten dan
juga tahu kapan dan bagaimana menggunakan teknik guna menghasilkan prestasi
yang baik.
2. Sprint
a. Pengertian sprint
a. Pengertian sprint
Lari
cepat atau sprint adalah semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan
kecepatan maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh, sampai dengan jarak 400
meter masih dapat digolongkan dalam lari cepat. Menurut Muhajir (2004) sprint
atau lari cepat yaitu, perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan
penuh yang menempuh jarak 100 m, 200 m, dan 400 m.
Nomor
lomba atau event lari sprint menjangkau jarak dari 50 meter, yang bagi atlet
senior hanya dilombakan indoor saja, sampai dengan dan termasuk jarak 400
meter. Kepentingan relatif dari tuntutan yang diletakkan pada seorang sprinter
adalah beragam sesuai dengan event-nya, namun kebutuhan dari semua lari-sprint
yang paling nyata adalah ‘kecepatan’. Kecepatan dalam lari sprint adalah hasil
dari kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan
yang halus, lancar-efisien dibutuhkan bagi berlari dengan kecepatan tinggi.
Kelangsungan
gerak lari cepat atau sprint dapat dibagi menjadi tiga, yaitu; (A) Start, (B)
gerakan lari cepat, (C) Gerakan finish.
b. Pengertian teknik
b. Pengertian teknik
Teknik
merupakan blok-blok bengunan dasar dari tingginya prestasi. Teknik adalah cara
yang paling efesien dan sederhana dalam memecahkan kewajiban fisik atau masalah
yang dihadapi dan dibenarkan dalam lingkup peraturan (lomba) olahraga (Thomson
Peter J.L, 1993; 115). Menurut suharno (1983) yang dikutip Djoko Pekik Irianto
(2002; 80) teknik adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek
dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang perlu dalam cabang olahraga.
Teknik merupakan cara paling efesien dan sederhana untuk memecahkan kewajiban
fisik atau masalah yang dihadapi dalam pertandingan yang dibenarkan oleh
peraturan.
c. Teknik lari sprint
Teknik
adalah sangat kritis terhadap prestasi selama suatu lomba lari sprint. Melalui
tahapan lomba tuntutan teknik sprint beragam seperti halnya aktivitas
otot-otot, pola waktu mereka dan aktivitas metabolik para atlet dari tahap
reaksi sampai tahap transisi tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan
kecepatan dari suatu sikap diam di tempat.
Tujuan
utama lari sprint adalah untuk memaksimalkan kecepatan horizontal, yang
dihasilkan dari dorongan badan kedepan. Kecepatan lari ditentukan oleh
panjang-langkah dan frekuensi-langkah. untuk bisa berlari cepat seorang atlet
harus meningkatkan satu atau kedua-duanya. Tujuan teknik-sprint selama
perlombaan adalah untuk mengerahkan jumlah optimum daya kepada tanah didalam
waktu yang pendek. Teknik yang baik ditandai oleh mengecilnya daya pengereman,
lengan lengan efektif, gerakan kaki dan badan dan suatu koordinasi tingkat
tinggi dari gerakan tubuh keseluruhan (IAAF, 1993;22).
Teknik lari sprint lari 100m dapat dirinci menjadi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap reaksi dan dorongan
2. Tahap lari akelerasi
3. Tahap transisi/perubahan
4. Tahap kecepatan maksimum
5. Tahap pemeliharaan kecepatan
6. Finish
Teknik lari sprint lari 100m dapat dirinci menjadi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap reaksi dan dorongan
2. Tahap lari akelerasi
3. Tahap transisi/perubahan
4. Tahap kecepatan maksimum
5. Tahap pemeliharaan kecepatan
6. Finish
Lomba
lari sprint yang lain mengikuti pola dasar yang sama, tetapi panjang dan
pentingnya tahapan relatif bervariasi. Dalam aspek biomekanika kecepatan lari
ditentukan oleh panjang langkah dan frekuensi langkah (jumlah langkah dalam per
satuan waktu). Untuk bisa berlari lebih cepat seorang atlet harus meningkatkan
satu atau kedua-duanya. Hubungan optimal antara panjang langkah dan frekuensi
langkah bervariasi bagi tahap-tahap lomba yang berbeda-beda. Dalam lari sprint
terdapat beberapa tahapan yaitu:
1. Start
Menurut IAAF (2001;6)
suatu start yang baik ditandai dengan sifat-sifat berikut;
a.
Konentrasi penuh dan menghapus semua
gangguan dari luar saat dalam posisi aba-aba “bersediaaaaa”
b.
Meng-adopsi
sikap yang sesuai pada posisi saat aba-aba “siaaap”
c.
Suatu dorongan explosif oleh kedua kaki
terhadap start-blok, dalam sudut start yang maksimal
Teknik
yang digunakan untuk start harus menjamin bahwa kemungkinan power yang terbesar
dapat dibangkitkan oleh atlet sedekat mungkin dengan sudut-start optimum 450.
setelah kemungkinan reaksi yang tercepat harus disusul dengan suatu gerak
(lari) percepatan yang kencang dari titik-pusat gravitasi dan langkah-langkah
pertama harus menjurus kemungkinan maksimum.
Ada
tiga variasi dalam start-jongkok yang ditentukan oleh penempatan start-blok
relatif terhadap garis start: a. Start-pendek (bunch-start), b. Start-medium
(medium-start), c. Start-panjang (elongated-start). Start medium adalah umumnya
yang disarankan, ejak ini memberi peluang kepada para atlet untuk menerapkan
daya dalam waktu yang lebih lama daripada start-panjang (menghasilkan kecepatan
lebih tinggi), tetapi tidak menuntut banyak kekuatan seperti pada start-pendek
(bunch-start). Suatu pengkajian terhadap teknik start-jongkok karenanya dapat
dimulai dengan start medium. Ada tiga bagian dalam gerakan start, yaitu:
a. Posisi “bersediaaa”
a. Posisi “bersediaaa”
Pada
posisi ini sprinter mengambil sikap awal atau posisi “bersediaaa”, kaki yang
paling cepat/tangkas ditempatkan pada permukaan sisi miring blok yang paling
depan. Tangan diletakkan dibelakang garis start dan menopang badan (lihat
gambar ). Kaki belakang ditempatkan
pada permukaan blok belakang, mata memandang tanah kedepan, leher rileks, kepala segaris dengan
pada permukaan blok belakang, mata memandang tanah kedepan, leher rileks, kepala segaris dengan
Menurut
IAAF (2001;8) posisi “siaaap” ini adalah kepentingan dasar bahwa seorang atlet
menerima suatu posstur dalam posisi start “siaaap” yang menjamin suatu sudut
optimum dari tiap kaki untuk mendorongnya, suatu posisi yang sesuai dari pusat
gravitasi ketika kaki diluruskan dan pegangan awal otot-otot diperlukan bagi
suatu kontraksi explosif dari otot-otot kaki.
Tanda-tanda utama suatu posisi “siaaap” yang optimum daya adalah;
Tanda-tanda utama suatu posisi “siaaap” yang optimum daya adalah;
1.
Berat badan dibagikan seimbang
2.
Poros pinggul lebih tinggi daripada poros bahu
3.
Titik pusat gravitasi kedepan
4.
Sudut lutut 900 pada kaki depa,
5.
Sudut lutut 1200 pada kaki belakang
6.
kaki diluruskan menekan start blok
c. Posisi (aba-aba) “ya”
c. Posisi (aba-aba) “ya”
Daya
dorong tungkai dan kaki dalam start dapat dianalisa dengan menggunakan papan-pengalas
daya dibangu pada start blok. Bila kaki-kaki menekan pada papan itu pada pada
saat start, impuls dapat disalurkan ke dan ditampilkan pada suatu dinamo-meter.
Kekuatan impuls arah dan lamanya, juga timing dari dorongan dari tiap kaki
dapat dicatat.
Ciri kunci yang untuk diperhatikan adalah:
Ciri kunci yang untuk diperhatikan adalah:
1.
kaki belakang bergerak lebih dahulu. Pola daya kekuatan menunjukkan bahwa daya
kekuatan yang puncaknya sangat tinggi dikenakan mengawali gerak akselerasi dari
titik-pusat gravitasi atlet dengan cepat menurun.
2.
Penerapan daya kekuatan dari kaki depan dimulai sedikit lambat yang
memungkinkan gerak akselerasi titik-pusat gravitasi untuk berlanjut setelah
dorongan kaki belakang menghilang, dan berlangsung dalam waktu yang lebih lama.
Kenyataannya, daya kekuatan daya kekuatan digunakan oleh kaki-depan kira-kira
dua kali lipat dari daya kaki-belakang.
Tahap
pemulihan (recovery). Otot-otot flexor lutut mengangkat tumit kedepan pantat
dengan pembengkokan (flexio) kedepan serentak dari otot-otot paha. Tungkai
bawah tetap ditekuk ketat terhadap paha mengurai momen inertia. Lutut yang
memimpin dipersiapkan untuk suatu ayunan ke depan yang relax dari tungkai bawah
dalam langkah mencakar berikutnya. Lutut dorong yang aktif mennyangga
pengungkit pendek dari kaki ayun. Kecepatan sudut optimal pada paha berayun
kedepan menolong menjamin frekuensi langkah lari yang tinggi.
Tujuan
dan fungsi dari tahap ini adalah agar kaki dorong putus kontak dengan tanah.
Kaki rilex, mengayun aktif menuju pembuatan langkah diatas lutut kaki sangga
dan sebagai tahap lanjutan dan persiapan angkatan lutut. Adapun ciri-ciri atu
tangda-tanda tahap ini adalah:
1.
Ayunan rilex kaki belakang yang tidak disangga sampai tumit mendekati panta.
Bandul pendek ini sebagai hasil kecepatan sudut yang tinggi memungkinkan
membuat langkah yang cepat.
2.
Angkatan tumit karena dorongan aktif lutut, dan harus menampilkan relaksasi
total dari semua otot yang terlibat.
3.
Perjalanan horizontal pinggul dipertahankan sebagai hasil dari gerakan yang
dijelaskan
b.
Tahap ayunan depan.
Tahap
angkat lutut. Tahap ini menyumbangkan panjang langkah dan dorongan pinggang.
Persiapan efektif dengan kontak tanah. Sudut lutut yang diangkat kira-kira 150
dibawah horizontal. Gerakan kebelakang dari tungkai bawah sampai sutau gerakan
mencakar aktif dari kaki diatas dari dasar persendian jari-jari kaki dalm
posisi supinasi dari kaki. Kecepatan kaki dicapai dengan bergerak
kebawah/kebelakang sebagai suatu indikator penanaman aktif dari hasil dalam
suatu kenaikan yang cepat dari komponen daya vertikal.
Tujuan
dan fungsi tahap ini adalah agar lutut diangkat, bertanggung jawab terhadap
panjang langkah yang efektif , dalam kaitan dengan ayunan lengan yang intensif.
Teruskan dan jamin jalur perjalanan pinggang yang horizontal. Persiapan untuk
mendarat engan suatu gerakan mencakar dan sedikit mungkin hambatan dalam tahap
angga depan. Tahap ini memiliki sifat-sifat atau tanda-tanda, yaitu:
1.
Angkatan paha/lutut horizontal hampir horizontal, melangkahkan kaki sebaliknya
sebagai prasyarat paling penting dari suatu langkah-panjang cepat dan optimal.
2.
Gerakan angkat lutut dibantu oleh penggunaan lengan berlawanan diametris yang
intenssif.
3.
Siku diangkat keatas dan kebelakang.
4.
Dlam lanjutan dengan ayunan kedepan yang rilex dari tungkai bawah karena
pelurusan paha secara aktif, dengan niat memulai gerak mencakar dari kaki
aktif.
c.
Tahap sangga/topang depan
Tahap
amortisasi. Pemulihan dari tekanan pendaratan adalah ditahan. Ada alat
peng-aktifan awal otot-otot yang tersedia didalam yang diawali dalam tahap
sebelumnya. Ide-nya guna menghindari adanya efek pengereman/hambatan yang
terlalu besar dengan membuat lama waktu tahap sangga/topang sependek mungkin.
Tahap
ini mempunyai tujuan dan fungsi sebagai tahap amortisasi tahap kerja utama.
Mengontrol tekanan kaki pendarat oleh otot-otot paha depan yang diaktifkan
sebelumnya dan otot-otot kaki bertujuan untuk membuat ssuatu gerak explossif
memperpanjang langkah sebelumnya. Tahapan ini memiliki sifa atau tanda sebagai
berikut:
1.
Gerakan mencakar aktif dari sisi luar telapak kaki dengan jari-jari keatas.
2.
Jangkauan kedepan aktif harus tidak menambah panjang-langkah secara tak wajar,
namun mengizinkan pinggang (pusat gravitassi tubuh) berjalan cepat diatas titik
sanggah kaki.
3.
Hindari suatu daya penghambat yang berlebih-lebihan.
4.
Waktu kontakl dalam angga depan harus esingkat mungkin.
d.
Tahap sangga/topang belakang
Besarnya
impuls dan dorongan horizontal diberi tanda. Lama penyanggaan itu adalah
singkat saja. Sudut dorongan sedekat mungkin dengan horizontal. Ada suatu
perluasan elastik dari dari sendi kaki, lutut dan pinggul. Menunjang gerakan
ayunan linier lengan oleh suatu angkatan efektif dari siku dalam ayunan
kebelakang, dan ayunan kaki meng-intensifkan dorongan dan menentukan betapa
efektifnya titik pusat massa tubuh dikenai oleh gerakan garis melintang dari
perluasan dorongan. Togok badan menghadap kedepan.
Keriteria untuk tahap-tahap penyanggaan ini adalah:
Keriteria untuk tahap-tahap penyanggaan ini adalah:
1.
waktu singkat dari periode sangga/topang keseluruhan
2.
suatu impuls akselerasi yang signifikan pada tahap topang belakang
3.
suatu waktu optimum dari impuls percepatan pada tahap topang/sangga belakang
4.
hampir tidak ada daya pengereman/hambatan pada tahap sanggahan.
Tujuan
dan fungsi dari tahap ini adalah sebagai tahap akselerasi ulang, penyangga
untuk waktu singkat, dan sebagai persiapan dan pengembangan suatu dorongan
horizontal yang cepat. Tahap ini memiliki sifat-sifat atau tanda, yaitu:
1.
Menempatkan kaki dengan aktif, disusl dengan pelurusan sendi-sendi: kaki,
lutut, pinggul.
2.
Menggunakan otot-otot plantar-flexor dan emua otot-otot pelurus kaki korset.
3.
Badan lurus segaris dan condong kedepan kurang lebih 850 dengan lintasan.
4.
Penggunaan yang aktif lengan yang ditekuk kurang lebih 900 ke arah berlawanan
dari arah lomba.
5.
Siku memimpin gerakan lengan
6.
Otot-otot kepala, leher, bahu dan badan dalam keadaan rilex.
7.
Tahap permulaan gerak kaki ayun lutut diangkat.
3.
Penguasaan teknik sprint
Dalam
penguasaan teknik sprint terdapat faktor-faktor yang sangat mendukung demi
tecapainya penguasaan teknik yang baik. Menurut Thomson Peter J.L (1993; 68)
ada 5 (lima) kemampuan biomotor dasar yang merupakan unsur-unsur kesegaran atau
komponen-komponen fitnes yaitu kekuatan, dayatahan, kecepatan, kelentukan, dan
koordinasi.
a.
Kekuatan.
Adalah
kemampuan badan dalam menggunakan daya. Kekuatan dapat dirinci menjadi tiga
tipe atau bentuk, yaitu:
1.
kekuatan maksimum, yaitu daya atau tenaga terbesar yang dihasilkan oleh otot
yang berkontraksi. Kekuatan maksimum tidak memerlukan betapa cepat suatu
gerakan dilakukan atau berapa lama gerakan itu dapat diteruskan
2.
Kekuatan elastis, yaitu kekuatan yang diperlukan sehingga sebuah otot dapat
bergerak cepat terhadap suatu tahanan. Kombinasi dari kecepatan kontraksi dan
kecepatan gerak kadang-kadang disebut sebagai “power = daya”. Kekuatan ini
sangat penting bagi even eksplosip dalam lari, lompat, dan lempar.
3.
Daya tahan kekuatan, yaitu kemampuan otot-otot untuk terus-menerus menggunakan
daya dalam menghadapi meningkatnya kelelahan. Daya tahan kekuatan adalah
kombinasi antara kekuatan dan lamanya gerakan.
b.
Dayatahan.
Dayatahan
mengacu pada kemampuan melakukan kerja yang ditentukan intensitasnya dalam
waktu tertentu. Faktor utama yang membatasi dan pada waktu yang sama mengakhiri
prestasi adalah kelelahan. Seorang atlet dikatakan memiliki dayatahan apabila
tidak mudah lelah atau dapat terus bergerak dalam keadaan kelelahan. Daya
tahan, dari semua kemampuan biomotor harus dikembangkan lebih dahulu. Tanpa
dayatahan adalah sulit untuk mengadakan pengulangan terhadap tipe atau macam
latihan yang lain yang cukup untuk mengembangkan komponen biomotor lain. Ada
dua tipe macam daya tahan, yaitu; dayatahan aerobik dan dayatahan anaerobik.
Dayatahan aerobik yaitu kerja otot dan gerakan otot yang dilakukan menggunakan
oksigen guna melepaskan energi dari bahan-bahan otot. Dayatahan aerobik harus
dikembangkan sebelum dayatahan anaerobik. Sedangkan dayatahan anaerobik yaitu
kerja otot dan gerakan otot dengan menggunakan energi yang telah tersimpan
didalam otot. Dayatahan anaerobik terbagi menjadi dua yaitu anaerobik laktik
dan anaerobik alaktik.
c.
kecepatan.
Adalah
kemampuan untuk barjalan atau bergerak dengan sangat cepat. Kecepatan berlari
sprint yang asli berkenaan dengan kemamapuan alami untuk mencapai percepatan
lari yang sangat tinggi dan untuk menempuh jarak pendek dalam waktu yang sangat
pendek.
d.
Kelentukan.
Yaitu
kemampuan untuk melakukan gerakan persendian melalui jangkauan gerak yang luas.
Kelentukan terbatas atau tertahan adalah suatu sebab umum terjadinya teknik
yang kurang baik dan prestasi rendah. Kelentukan jelek juga menghalangi
kecepatan dan dayatahan karena otot-otot harus bekerja lebih keras untuk
mengatasi tahanan menuju kelangkah yang panjang.
e.
Koordinasi.
Yaitu
kemampuan untuk melakukan gerakan dengan tingkat kesukaran dengan tepat dan
dengan efesien dan penuh ketepatan. Seorang atlet dengan koordinasi yang baik
tidak hanya mampu melakukan skill dengan baik, tetapi juga dengan tepat dan
dapat menyelesaikan suatu tugas latihan.
Selain
faktor-faktor fisik yang telah dijelaskan diatas, dalam penguasaan teknik
sprint terdapat pula faktor lain yang tidak kalah penting pengaruhnya, yaitu
faktor psikologis. Seperti dikatakan Thomson Peter J.L. (1993; 134) psikologi
ini adalah sama pentingnya bagi seorang pelatih guna membantu individu-individu
(atlet) mengembangkan bagaimana mereka memikirkan kecakapan mental mereka,
tetapi juga penting untuk mengembangkan ketangkasan fisik mereka. Ini jelas
adalah aspek psikologis dalam melatih namun juga benar bahwa tak ada bagian
dari pelatihan/coaching yang tanpa aspek psikologis. Adapun faktor-faktor
psikologis tersebut diantaranya yaitu;
a.
Ketangkasan mental.
Ketangkasan
mental ini sangat berguna/penting bagi para pelatih dan atlet. Ketangkasan
mental ini bukan hanya suatu sarana untuk menghindari bencana ataupun pemulihan
kembali dari cedera tetapi ketangkasan mental juga memainkan peranan penting
dalam mengatur/mengorganisir praktek dan latihan secara efektif sehingga segala
sesuatu berjalan dengan benar. Kebanyakan atlet dan pelatih mengakui bahwa
perkembangan fisik ssaja tidak menjamin dapat sukses dalam atletik. Seorang
atlet harus memiliki kerangka pemikiran yang benar. Persiapan psikologis sama
pentingnya dengan latihan kondisioning fissik. Menyiapkan keduanya bersama-sama
akan menciptakan prestasi terbaik.
Ketangkasan
mental ini memerlukan latihan praktek dengan cara yang sama seperti pada skill
fisik/jasmaniah. Dengan skill/ketangkasan fisik, beberapa individu akan
mengambil/memperoleh ketangkasan mental lebih gampang dibanding dengan orang
lain. Dengan praktek, setiap orang dapat meningkatkan ketangkasan mental
mereka.
b.
Motivasi.
Motivasi
merupakan suatu kecendrungan untuk berperilaku secara selektif kesuatu arah
tertentu, dan perilaku tersebut akan bertahan sampai sasaran perilaku tersebut
dapat dicapai. Pada dasarnya motivassi adalah betapa besarnya keinginan seorang
individu untuk meraih/mencapai suatu sasaran. Setiap individu memiliki
tujuan/sasaran yang berbeda-beda dalam keterlibatannya dalam dunia atletik.
Tujuan/sasaran itu misalnya; mencari kegembiraan, memahirkan skill baru,
berlomba dan menang, menambah teman, serta masih banyak lagi tujuan/sasaran
lain yang selalu berbeda pada setiap individunya. Dikatakan Thomson Peter J.L.
(1993: 135) tekanan dari luar dari pelatih dan orang tua adalah tidak mungkin
meningkatkan motivasi pada atlet dalam jangka jauh dan mungkin kenyataannya
berkurang. Motivasi sendiri dan pengisiannya adalah yang membuat suatu sukses
yang sebenarnya bagi atlet, dan bukan ambisi yang dipaksakan oleh orang lain.
Pelatih membantu atlet mengerti apa yang ingin atlet raih, tujuan, dan
bagaimana cara meraihnya.
c.
Kontrol emosi.
Kontrol
emosi adalah suatu kemamapuan seorang atlet dalam mengendalikan perasaan dalam
menghadapi uatu ituasi tertentu. Menurut Thomson Peter J.L. (1993;136)
kegelisaan berarti berapa banyak seorang individu tergetar atau siap dalam
menghadapi suatu situasi tertentu. Rasa gelisa selalu timbul dalam setiap
situasi, meskipun bila tingkatannya rendah kita tidak dapat memperhatikannya.
Banyak rasa gelisa ini ddigunakan secara tidak benar yang berarti hanya sifat-sifat
individu yang menunjukkan tingkat yang sangat tinggi akan kegelisaan.
Gejala-gejala kegelisaan dapat terlihat dalam dua bentuk yaitu: Khawatir dan
getaran fisiologis. Rasa khawatir mengacu kepada pikiran atau kesan tentang apa
yang mungkin terjadi dalam suatu event yang akan datang, sedangkan getaran
fisiologis adalah bagian dari persiapan (alami dalam) badan untuk suatu
perlombaan. Contoh dari getaran fisiologis termasuk meningkatnya denyut
jantung, keluar peluh/keringat dan rasa ingin buang hajat (besar/kecil) pergi
kekamar kecil.
Penguasaan
teknik sprint adalah sangat penting untuk mencapai prestasi maksimal. Menurut
Djoko P. Irianto (2002), dalam perlombaan teknik memiliki peran antara lain:
(1) Sebagai cara efesien dalam mencapai prestasi, (2) Dapat mencegah atu
mengurangi terjadinya cedera, (3) sebagai modal untuk melakukan taktik, (4)
meningkatkan kepercayaan diri. Sukadiyanto (2005) mengatakan, teknik yang benar
dari awal selain akan menghemat tenaga untuk gerak sehingga mampu bekerja lebih
lama dan berhasil baik juga juga merupakan landasan dasar menuju prestasi yang
lebih tinggi. Dengan teknik dasar yang tidak benar akan mempercepat proses
stagnasi prestasi, sehingga pada waktu tertentu prestasi akan stagnasi
(mentok), padahal semestinya dapat meraih prestasi yang lebih tinggi.
Menurut
Djoko P. Irianto (2002; 80) penguasaan teknik dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain;
a. Kualitas fisik yang relevan
b. Kualitas psikologis atau kematangan bertanding
c. Metode latihan yang tepat
d. Kecerdasan atlet memilih teknik yang tepat dalam situasi tertentu.
a. Kualitas fisik yang relevan
b. Kualitas psikologis atau kematangan bertanding
c. Metode latihan yang tepat
d. Kecerdasan atlet memilih teknik yang tepat dalam situasi tertentu.
Menurut
Josef Nossek (1982), terdapat tiga tahapan dalam proses belajar teknik:
a.
Pengembangan koordinasi kasar. Bentuk-bentuk gerakan kasar dapat
dikarakteristikkan sebagai penguasaan teknik-teknik kasar dan terbatas yang
berkenaan dengan kualitas gerakan-gerakan yang diperlukan, seperti:
1.
Pengaruh kekuatan yang tidak memadai, pemborosan energi, kram otot (koordinasi
otot yang rendah) dengan konsekuensi kelelahan yang cepat.
2.
Unsur-unsur gerakan tunggal yang tidak digabungkan dengan lancar, karena
kurangnya koordinasi.
3.
Gerakan-gerakan belum cukup tepat.
4.
kekurangan keharmonisan dan ritme gerakan-gerakan yang diamati.
b.
Pengembangan koordinasi halus. Bentuk gerakan-gerakan halus dicapai melalui
pengulangn-pengulangan lebih lanjut yang mengambangkan kualitas
gerakan-gerakan. Tempo tersebut meningkat sampai pada kecepatan yang
kompetitif. Bagian-bagian gerakan tungggal untuk teknik-teknik yang lebih
kompleks dikembangkan secara terpisah dan dikombinasikan bersama. Aspek-aspek
dalam tahap ini bercirikan:
1. Teknik-teknik dilakukan hampir tanpa kesalahan.
2. gerakan-gerakan distabilkan.
3. Gerakan-gerakan lebih berguna dan hemat, tidak ada pemborosan energi.
4. Beberapa gerakan-gerakan tidak benar yang terjadi dalam tahap pertama tidak tampak lagi.
5. Urutan gerakan-gerakan menjadi lancar dan harmonis.
6. Gerakan-gerakan tersebut tepat.
1. Teknik-teknik dilakukan hampir tanpa kesalahan.
2. gerakan-gerakan distabilkan.
3. Gerakan-gerakan lebih berguna dan hemat, tidak ada pemborosan energi.
4. Beberapa gerakan-gerakan tidak benar yang terjadi dalam tahap pertama tidak tampak lagi.
5. Urutan gerakan-gerakan menjadi lancar dan harmonis.
6. Gerakan-gerakan tersebut tepat.
Namun
demikian dalam tahap belajar ini, teknik-teknik tersebut tidak dilakukan secara
otomatis. Atlet tersebut masih harus mengkonsentrasikan pada bagian-bagian yang
berbeda dari gerakan-gerakan dan oleh karena itu penerapan taktis hanya
dimungkinkan sebagian.
c.
Tahap stabilisasi dan otomatisasi.
Tahap stabilisasi; pertama-tama hendaknya membawa atlet kedalam posisi dimana ia dapat menerapakan teknik-teknik dalam situasi kompetitif yang sulit. Atlet tersebut mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi yang sulit dan berubah-ubah dari suatu kompetisi. Penguasaan teknik yang sempurna dalam kondisi ini hanya dicapai melalui praktek dalam banyak kompetisi. Karena tingkat otomatisasi yang tinggi, para atlet dapat memberikan perhatian pada tugas-tugas taktis dalam kompetisi. Pengaruh dari kapasitas kondisioning adalah jelas tanpa rintangan dalam penampilan.
Tahap stabilisasi; pertama-tama hendaknya membawa atlet kedalam posisi dimana ia dapat menerapakan teknik-teknik dalam situasi kompetitif yang sulit. Atlet tersebut mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi yang sulit dan berubah-ubah dari suatu kompetisi. Penguasaan teknik yang sempurna dalam kondisi ini hanya dicapai melalui praktek dalam banyak kompetisi. Karena tingkat otomatisasi yang tinggi, para atlet dapat memberikan perhatian pada tugas-tugas taktis dalam kompetisi. Pengaruh dari kapasitas kondisioning adalah jelas tanpa rintangan dalam penampilan.
Prestasi
merupakan akumulasi dari kualitas fisik, teknik, taktik dan kematangan mental
atau psikis, sehingga aspek tersebut perlu dipersiapkan secara menyeluruh,
sebab satu aspek dengan aspek lain akan menentukan aspek lain. Fisik merupakan
pondasi bagi olahragawan, sebab teknik, taktik dan mental akan dapat
dikembangkan dengan baik jika olahragawan memiliki kualitas fisik yang baik.
Jadi teknik dapat dikembangkan dan dikuasai jika atlet memiliki kualitas fisik
yang baik
BAB 3
Lompat Jauh - Secara umum, gerakan melompat dapat dikelompokan menjadi
2 bagian yaitu lompat jauh dan lompat tinggi. Kedua jenis Lompatan ini
dilakukan dengan menggunakan satu kaki tolakan. Namun, dalam penelitian ini
akan dibahas mengenai lompat jauh.
Lompat jauh merupakan salah satu aktivitas pengembangan akan kemampuan
daya gerak yang dilakukan, dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam lompat
jauh terdapat tiga macam gaya yaitu : Lompat Jauh gaya Jongkok (tuck),
gaya menggantung (hang style), dan gaya jalan di udara (walking in the air).
Gaya-gaya lompat jauh mengatur sikap badan sewaktu melayang di udara. Oleh
karena itu teknik lompat jauh sering disebut juga gaya lompat jauh.
Perlu diketahui bahwa yang menyebabkan adanya perbedaan
adanya perbedaan dari ketiga gaya tersebut sebenarnya hanya terdapat pada sat
badan melayang di udara saja. Jadi mengenai awalan, tumpuan dan cara melakukan
pendaratan dari ketiga gaya tersebut pada prinsipnya sama.
Mengenai unsur-unsur
yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan lompat jauh
meliputi daya ledak, kekuatan, kelincahan, keseimbangan dan lain-lain.
Drs. Eddy Suparman
menjelaskan bahwa unsur pokok dalam lompat jauh adalah sebagai berikut
1. Harus dapat membangkitkan daya momentum
yang sebesar-besarnya.
2. Harus dapat memindahkan momentum gaya
horizontal dan vertical.
3. Harus dapat
mempersatukan gaya tersebut dengan tenaga badan pada saat melakukan tolakan.
4. Harus dapat menggunakan titik berat
badan seefisien mungkin.
Tinjauan secara teknik pada lompat jauh meliputi
empat masalah yaitu : Cara melakukan awalan, Tolakan (Tumpuan), Melayang di
udara dan Pendaratan.
a.
Awalan
Awalan adalah suatu gerakan dalam lompat jauh dilakukan
dengan lari secepat-cepatnya yang dilakukan untuk mendapatkan kecepatan
setinggi-tingginya sebelum melakukan tolakan. Dapat juga dikatakan, awalan
adalah usaha mendapatkan kecepatan horizontal setinggi-tingginya yang diubah
menjadi kecepatan vertikal saat melakukan tolakan (Drs. Eddy Suparman, 1999).
Menurut
(Drs. Eddy Suparman, (1995 : 44) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan awalan adalah :
- Jarak awalan tergantung dari kemampuan masing-masing atlet bagi pelompat dalam jerak pendek sudah mampu mencapai kecepatan maksimal (full speed) maka jarak awalan cukup dekat / pendek saja (sekitar 30-35 meter atau kurang dari ini). Sedangkan bagi atlet lain yang jarak relatif jauh baru mencapai kecepatan maksimal, maka jarak awalan harus lebih jauh lagi (sekitar 30-45 meter atau lebih jauh dari itu). Bagi pemulasudah barang tentu jarak awalan lebih pendek dari ancar-ancar tersebut.
- Posisi saat berdiri pada titik awalan kaki dapat sejajar atau salah satu kaki ke depan. Hal ini tergantung dari kebiasaan masing-masing atlet.
- Cara pengambilan awalan mulai pelan, kemudian cepat (sprint).Kecepatan ini harus dipertahankan sampai menjelang bertumpu / menolak.
- Setelah mencapai kecepatan maksimal, maka kira-kira 3-4 langkah terakhir bertumpu (take off) gerakan lari dilepas begitu saja tanpa mengurangi kecepatan yang telah dicapai sebelumnya. Pada 3-4 langkah terakhir ini perhatian dan tenaga yang dicurahkan untuk melakukan tumpuan pada papan / balok tumpu.
Cara
mengambil awalan dalam Lompat Jauh antara lain dilakukan dengan jalan sebagai
berikut:
- Si pelompat mencoba beberapa kali melakukan lari secepat-cepatnya dari permulaan tempat berdiri (tempat/tanda pada waktu akan melakukan awalan) ke papan tolakan sampai tempat pada papan tolakan diukur jaraknya.
- Si pelompat mencoba beberapa kali melakukan lari secepat-cepatnya dari permulaan tempat berdiri ke papan tolakan ke tempat permulaan akan melakukan awalan. Setelah tepat baru diukur.
- Si pelompat mencoba beberapa kali melakukan lari secepat-cepatnya dari permulaan tempat berdiri ke papan tolakan dari papan tolakan ke tempat permulaan akan melakukan awalan. Setelah tepat baru diukur walaupun sudah menetapkan ukuran untuk mengambil awalan dengan tepat. Untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan terjadi kegagalan melakukan tolakan, biasanya si pelompat membuat dua buah tanda yaitu tanda I dan II.
b.
Tolakan
Tolakan adalah perpindahan dari kecepatan horizontal ke
kecepatan vertical yang dilakukan dengan cepat dan kuat untuk mengangkat tubuh
ke atas melayang di udara (1998 : 45). Dalam melompat jauh,
biasanya kita melakukan tolakan terkuat dengan kaki, dibantu dengan ayunan kaki
dan ayunan kedua tangan ke depan ke arah atas.
Jika si pelompat dapat menggabungkan kecepatan awal dengan
kekuatan tolakan kaki, ia akan membawa seluruh tubuh ke atas ke arah
depan melayang di udara. Jadi si pelompat dapat membawa titik berat badan ke
atas, melayang di udara ke arah depan dengan waktu lama. Dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan
tolakan diantaranya :
- Tolakan dilakukan dengan kaki yang kuat. Bagian telapak kaki yang kuat untuk bertumpu adalah cenderung pada bagian tumit terlebih dahulu dan berakhir pada bagian ujung kaki.
- Sesaat akan bertumpu sikap badan agak condong ke belakang
- Bertumpu sebaiknya tepat pada papan tumpuan
- Saat bertumpu, kedua lengan ikut diayunkan ke depan atas.
- Pada kaki ayun diangkat ke depan setinggi pinggul dalam posisi lutut ditekuk.
c. Sikap Badan di Udara
Sesuai dengan pendapat (Drs. Eddy Suparman, 1995) yang
mengkhususkan gaya jongkok sebagai penelitian teknik badan saat di udara
setelah kaki kiri bertumpu. Maka kaki kanan diayun dengan cepat ke arah depan.
Pada saat mencapai titik tertinggi sikap badan, kaki seperti duduk atau
jongkok. Setelah bergerak turun kedua kaki dijulurkan ke depan, badan cenderung
ke depan dan perhatian tertuju pada pendaratan.
Cara
melakukannya sebagai berikut :
- Bersamaan melakukan tolakan, kaki diayun ke depan ke arah atas.
- Saat badan melayang di udara, kaki diturunkan. Bersamaan dengan itu, pinggul didorong ke depan, kapala ditengadahkan, dada dibusungkan dan kedua tangan ke atas arah belakang.
- Saat akan mendarat, kedua kaki diayunkan ke depan, badan dibungkukkan dan kepala ditundukkan siap untuk mendarat.
d.
Pendaratan
Pendaratan merupakan tahap akhir dari rangkaian gerakan lompat
jauh. Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut (Drs. Eddy Suparman, 1999)
adalah sebagai berikut :
- Harus dilakukan dengan sadar agar gerakan yang tidak perlu dapat dihindari
- Untuk menghindari rasa sakit atau cedera pendaratan sebaiknya dilakukan dengan kedua belah kaki sejajar dan tumit terlebih dahulu mendarat di pasir dengan posisi mengepit
- Sebelum tumit menyentuh pasir, kedua kaki harus benar-benar diluruskan/dijulurkan ke depan. Usahakan agar jarak antara kedua kaki jangan terlalu berjauhan, karena semakin lebar jarak antara kedua kaki berarti akan semakin mengurangi jauhnya lompatan
- Untuk menghindari agar tidak jauh duduk pada pantat, maka setelah tumit berpijak di pasir, kedua lutut segera ditekuk dan badan dibiarkan condong terus jauh ke depan
- Setelah melakukan pendaratan jangan keluar atau kembali ke tempat awalan melewati/menginjak daerah pendaratan dengan papan tumpuan
Faktor
Yang Mempengaruhi Lompat Jauh
Faktor yang mempengaruhi prestasi lompat jauh menurut
Suharto dalam bukunya dalam bukunya "Kesegaran Jasmani dan Peranannya
disebutkan :
- Kecepatan (speed) adalah kemampuan untuk memindahkan sebagian tubuh atau seluruhnya dari awalan sampai dengan pendaratan. Atau bertumpu pada papan / balok sewaktu melakukan lompatan, kecepatan banyak ditentukan kekuatan dan fleksibelitas
- Kekuatan (Strenght) adalah jumlah tenaga yang dapat dihasilkan oleh kelompok otot pada kontraksi maksimal pada saat melakukan pekerjaan atau latihan dalam melakukan lompatan
- Daya ledak adalah kemampuan otot dalam melakukan tolakan tubuh melayang di udara saat lepas dari balok tumpu
- Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan suatu sikap tubuh tertentu secara benar dari awal melakukan lompatan sampai selesai melakukan lompatan
- Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan suatu gerakan motorik secara benar
- Koordinasi adalah hal yang harus dimiliki oleh seorang atlet untuk dapat mengkoordinasikan gerakan maju dengan kebutuhan naik.
Faktor
non teknis juga dapat berpengaruh dalam hal ini, faktor yang mempengaruhi
tersebut antara lain :
- Motivasi dari orang tua
- Guru dan pelatih yang propesional
- Adanya dana yang cukup
- Lingkungan yang baik
- Organisasi yang baik
- Dukungan masyaraka
DAFTAR
PUSTAKA
·
http://vhariss.wordpress.com/2011/10/23/tolak-peluru/
·
http://riki1987.blogspot.com/2007/11/lari-sprint-100m.html
0 komentar:
Posting Komentar