PENDIDIKAN
JASMANI DAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
DISUSUN
GUNA MEMENUHI
TUGAS MATA KULIAH TEORI DAN PRAKTEK ATLETIK
LANJUT
DOSEN PENGAMPU POMO WARIH ADI,
S.Pd., M.Or
OLEH :
NAMA : TANJUNG PRATAMA
NIM :
K4611102
PRODI
PENJASKESREK
FAKULTAS
KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
2013
MAKALAH
ATLETIK
“DEFINISI
CABANG OLAHRAGA LEMPAR CAKRAM, LARI ESTAFET, DAN LOMPAT TINGGI”
Kata Pengantar
Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta
seperangkat aturan-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta
inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tema “Definisi
Cabang Olahraga Lempar Cakaram, Lari Estafet,dan Lompat Tinggi” yang
sederhana ini dapat terselesaikan tidak kurang daripada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain
untuk memenuhi salah satu dari sekian kewajiban mata kuliah Teori dan Praktek
Atletik Lanjut serta merupakan bentuk langsung tanggung jawab penulis pada
tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, penulis juga
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bpk. Pomo Warih Adi, S.Pd., M.Or selaku dosen mata kuliah Teori dan
Praktek Atletik Lanjut serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana
penulis pun sadar bawasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput
dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Tuhan Azza
Wa’jala hingga dalam penulisan dan penyusununnya masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penulis
nanti dalam upaya evaluasi diri.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak
sempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang
dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca, dan bagi
seluruh mahasiswa-mahasiswi Universitas Sebelas Maret. Amien ya Rabbal
‘alamin.
Wassalalam,
Surakarat,
2012
BAB 1
A. Sejarah Lempar Cakram
Berdasarkan cacatan sejarah bahwa lempar cakram
adalah salah satu nomor atletik, hal ini dapat kita ketahui dari buku karangan
Homerus yang berjudul “Odyssy” pada zaman purba.
Dalam buku Odyssy tersebut menceritakan bahwa gerak gerakan
dasar dari atletik adalah jalan, lari, lompat dan lempar yang telah dikenal
oleh bangsa primitif pada zaman prasejarah. Bahkan dapat dikatakan sejak adanya
manusia, gerak-gerakan itu dikenal
Mereka melakukan gerakan jalan, lari, lompat dan lempar
semata-mata untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Didalam usaha ini
mereka sangat tergantung dari efiiensi jasmaninya. Mereka yang kurang terampil,
kurang tahan berjalan, kurang cepat lari, kurang tangkas melompat atau melempar
akan mati karena kelaparan atau menjadi mangsa binatang buas bahkan mungkin
menjadi korban bencana alam.
Jadi sejak zaman prasejarah, ,manusia telah menyadari akan manfaat ketahanan berjalan jauh, kecepatan lari, ketangkasan melompat dan melempar. Sehingga ada sementara orang yang menganggap atletik adalah cabang olahraga yang tertua.
Jadi sejak zaman prasejarah, ,manusia telah menyadari akan manfaat ketahanan berjalan jauh, kecepatan lari, ketangkasan melompat dan melempar. Sehingga ada sementara orang yang menganggap atletik adalah cabang olahraga yang tertua.
Bangsa Belanda menyebutnya “Atletik is a moerder der
sporten” yang artinya atletik adalah induk dari semua cabang olahraga. Meskipun
gerakan dasar atletik ini telah dikenal sejak adanya manusia, tetapi perlombaan
atletik termasuk lempar cakram yang pernah dilakukan dalam cacatan
sejarah baru terjadi pada zaman purba sekitar 1000 tahun sebelum masehi. Hal
ini dapat diketahui dari buku pujangga Yunani yang ditulis oleh Homeros.
Dalam buku ini juga Homeros menceritakan pertualangan
Odysseus. Bahwa pada suatu ketika Odysseus terdampar disebuah kepulauan yang
kemudian ternyata bernama Phaeacia, rajanya bernama Alcinaus. Setelah Odysseus
dibawa menghadap baginda maka diadakan penyambutan yang meriah. Dalam acara itu
diadakan serangkaian perlombaan.pemuda-pemuda Phaeacia yang mempertujukan
kemahirannya dalam lomba lari cepat, gulat, lompat, tinju, dan lempar cakram.
Setelah rangkaian ini
selesai, raja Aleinaus minta agar Odysseus menberikan demotrasi lempar cakram.
Semula Odysseus menolaknya dengan halus, tetapi baginda mendesaknya dengan
alasan agar pumuda Phaeacia dapat menyaksikan bagaimana cara melempar cakram
yang sempurna, maka permintaan raja terpaksa dipenuhi. Tanpa melepaskan pakaian
perangnya yang terbuat dari logam itu, Odysseus bangkit minta ijin kepada
baginda, kemudian masuk gelanggang mengambil cakram yang terberat dan dengan
gaya termanis melempar cakram itu,cakram melucur dan jatuh jauh dari jarak yang
dicapai atlet-atlet dari Phaeacia (Sunaryo Basuki, 1979 : 24).
Dari kutipan buku ini
yakin bahwa bangsa Yunani purba telah mengenal atletik, disini terlihat adanya
nomor lari, lompat, dan lempar cakram yang merupakan nomor atletik yang kita
kenal sampai sekarang ini.
B.
Sejarah Lempar Cakram di Indonesia
Berbicara masalah lempar cakram di Indonesia, kita tidaik
bisa pisahkan dengan sejarah atletik. Karena lempar cakram adalah nomor atau
bagian dari atletik. Jadi di Indonesia atletik termasuk lempar cakram dikenal
lewat bangsa Belanda yang setengah abad lamanya menjajah Negeri Indonesia.
Namun demikian atletik termasuk lempar cakram ini tidak dikenal secara luas.
Kemudian pada zaman
pendudukan Jepang mulai awal tahun 1942-1945 kegiatan keolahragawan mengalami
perkembangan. Hal ini dapat dilihat dipagi hari semua pelajar dan pegawai
diwajibkan melakukan senam. Selain itu diberikan pelajaran beladiri dan atletik
termasuk lempar cakram. Tetapi semua aktivitas jasmani yang dilakukan oleh
seluruh bangsa Indonesia itu hanya untuk kepentingan orang-orang Jepang
sendiri, dalam usaha memenangkan perang (Drs. Aip Syrifuddin, 1998 : 3).
Kemudian setelah Indonesia merdeka perkembangan olahraga
termasuk lempar cakram semakin meluas bahkan setiap orang diberikan kesempatan
untuk melakukan latihan-latihan atletik termasuk lempar cakram (Drs. Sunaryo
Basuki, 1979 : 37).
Dari penjelasan
sejarah atletik diatas, maka dalam bab ini penulis akan menguraikan hal-hal
sebagai berikut :
- Panjang lengan
- Lempar cakram
- Pengaruh panjang l;engan terhadap prestasi lempar cakram
C. Panjang Lengan
Panjang
lengan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam olahraga
khususnya lempar cakram, karena panjang lengan akan memungkinkan dalam
pencapaian prestasi yang maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
mengatakan bahwa bentuk tubuh atau postur tubuh merupakan salah satu faktor
penentu dalam pencapaian prestasi yang maksimal (Soeharno H. P. 1985 : 8).
Disamping panjang lengan, dapat juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kekuatan. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang mengatakan bahwa kekuatan lengan adalah kemampuan kelompok
otot-otot lengan untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan
aktivitas (Drs. Soeharno H. P. 1985 : 224),
Standar yang digunakan untuk mengukur panjang
lengan menggunakan meteran baja (Antropometer) yang diukur melalui pangkal
persendian bahu yang paling atas sampai ujung jari tengah. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang mengatakan bahwa lengan adalah anggota gerak bagian atas
mulai dari gelang bahu sampai ujung jari (Soedarminta, 1994 : 108).
Berdasarkan pendapat diatas, maka hasil
pengukuran dapat dibaca sesuai dengan apa yang tertera pada alat ukur. Siswa
yang memiliki panjang lengan diatas rata-rata maka dianggap sebagai siswa
berlengan panjang, sedangkan siswa yang memiliki panjang lengan dibawah
rata-rata diangggap sebagai siswa yang berlengan pendek.
Untuk cabang olahraga atletik khususnya nomor
lempar cakram, apabila ada seseoarang yang memiliki lengan panjang
kecenderungan akan berpengaruh pada jauhnya lemparan jika didukung oleh
kekuatan otot yang baik bila dibandingkan seseorang yang memiliki lengan
pendek.
D.
Lempar Cakram
Ada beberapa hal mengenai lempar cakram yang akan diuraikan
sebagai berikut :
- Pengetian lempar cakram
- Tehnik-tehnik lempar cakram
- Peraturan dalam lempar cakram
1. Pengertian lempar cakram
Untuk
memahmi pengertian lempar cakram, terlebih dahulu kita memahami pemgertian
lempar cakram. Lempar adalah olahraga dengan melempar (lembing, peluru, martil,
cakram).(W. J. S. Poerwadarminta, 1976 : 584).
Sedangkan
cakram sebuah benda kayu yang berbentuk piring berbingkai sabuk besi (Didi
Sugandi, 1986 : 51).
Jadi
lempar cakram adalah salah satu nomor lomba dalam atletik yang menggunakan sebuah
benda kayu yang berbentuk piring bersabuk besi, atau bahan lain yang bundar
pipih yang dilemparkan.
2. Tehnik-tehnik lempar cakram
2. Tehnik-tehnik lempar cakram
a. Cara memegang
cakram
Untuk
memudahkan memegangnya, cakram diletakkan pada telapak tangan kiri (bagi
pelempar yang tidak kidal) sedangkan telapak tangan kanan diletakkan diatas
tengah cakram, keempat jari agak jarang (terbuka) menutupi pinggiran cakram
(ruas jari yang terakhir menutupi cakram) sedangkan ibu jari bebas.
b. Ada dua gaya
dalam lempar cakram
• Gaya samping
Sikap
permulaan berdiri miring/menyamping kearah sasaran, sesaat akan memulai
berputar lengan kanan diayun jauh ke belakang, sumbu putaran pada kaki kiri
(telapak kaki bagian depan atau ujung) selama berputar lengan kanan selalu di
belakang, pada posisi melempar badan merendah lengan kanan di belakang
pandangan ke arah sasaran, setelah cakram lepas dari tangan kaki kanan
melangkah ke depan berpijak dibekas telapak kaki kiri yang saat itu telah
berayun ke belakang.
• Gaya belakang
• Gaya belakang
Sikap
pertama berdiri membelakangi arah lemparan sesaat akan berputar lengan kanan
diayun jauh ke belakang pandangan mulai melirik ke kiri, saat mulai berputar
ujung telapak kaki kiri sebagai sumbu dan tolakan kaki kiri itu pula badan
meluncur ke arah lemparan, kaki kanan secepatnya diayun memutar ke kiri untuk
berpijak, sesaat kaki kanan mendarat kaki kiri dengan cepat pula diayum ke kiri
untuk berpijak dan terjadilah sikap lempar, setelah cakram lepas dari tangan
kaki kanan segera diayun ke depan dan kaki kiri diayun ke belakang.
3. Peraturan dalam
lempar cakram
Lempar
cakram harus dimulai dengan sikap berdiri seimbang dengan lingkaran lempar
tanpa menginjak garis lingkaran. Pelempar tidak boleh meninggalkan lingkaran
lempar sebelum juri mengatakan sah posisi berdirinya melalui setengah lingkaran
bagian dalam.pelempar boleh menyentuh dinding bagian dalam dari balok batas
lemparan tetapi tidak boleh menyentuh bagian atasnya. Lemparan akan diukur
dengan lemparan yang ditarik dari bekas jatuhnya cakram yang terdekat ketepi dalam
balok. Bila peserta lebih dari 8 orang, maka peserta akan diberi hak melempar
sebanyak 3 kali, kemudian akan ditentukan 8 pelempar terbaik untuk mengikuti
babak berikutnya (final). Bila peserta lomba 8 orang atau kurang, kesempatan
melempar sebanyak 6 kali langsung final.
Lingkaran lemparan tersebut terbuat dari besi,
baja atau bahan lain yang sesuai. Bagian atasnya dipasang rata dengan tanah
diluarnya. Bagian dalam terbuat dari semen, aspal atau bahan lain yang kokoh
tetapi tidak licin permukaannya bagian dalam harus datar lebih rendah 14 mm
sampai 26 mm dari sisi atas tepi lingkaran
Ukuran
garis tengah sebelah dalam lingkaran lempar adalah 2,5 m, tebal besi lingkaran
lempar 6 mm dan harus dicat putih. Garis putih selebar 5 cm harus ditarik dari
bagian atas lingkaran besi sepanjang 75 cm pada kedua sisi lingkaran.
4.
Faktor-fakor yang mempengaruhi prestasi dalam lempar cakram
a.
Faktor internal atau dari dalam atlet
1. Kesehatan fisik
dan mental yang baik
Kita
sebagai manusia terbentuk dari unsur jasmani dan rohani, keduanya memegang
peranan penting dan tidak dapat dipisah satu dengan yang lainnya karena saling
mempengaruhi. Apabila fisik terganggu oleh suatu penyakit maka faktor fsikispun
ikut terganggu. Oleh karena itu kesehatan fisik harus selalu dijaga agar tetap
dalam keadaan sehat.
Dengan demikian faktor psikis, pemeliharaan
dapat dilakukan dengan jalan pemeliharaan suasana lingkungan sehat sehingga
pikiran tetap jernih, serta perasaaan tenteram dan sebagainya, menentukan
karena segala kegiatan dalm mencapai prestasi memerlukan pembiayaan yang cukup
besar.
b.
Faktor-faktor eksternal (dari dalam atlet)
1. Lingkungan
keluarga
Keluarga
dapat dinyatakan sebagai suatu kelompok atau unit terkecil dari masyarakat yang
didalamnya terdapat hubungan erat antara anggota-anggotanya. Orang tua dalam
suatu keluarga mendidik anaknya secara kodrati dengan memberi dorongan.
2. Latihan
Latihan
adalah suatu proses mempersiapkan organisme atlet secara sistematis untuk
mencapai mutu, prestasi maksimal dengan diberi beban latihan fisik dan mental
yang teratur, terarah, meningkat dan berulang-ulang (Rusli Nursalam, 1990 :
19).
Petunjuk latihan
Pada
dasarnya tidak terdapat perbedaan kebutuhan latihan bagi para pelempar, jika
terdapat perbedaan hanya terdapat pada latihan tehnis yang dilakukan (Sugito,
1994 : 232).
Secara
garis besar disamping kebutuhan latihan untuk meningkatkan kebutuhan tehnik
nomor lempar yang dipilih para pelempar membutuhkan latihan-latihan sebagai
berikut :
1. Latihan
kekuatan
Pelempar
yang ingin berhasil harus mengembangkan kekuatan otot-ototnya dengan latihan
beban atau weight training. Prinsip-prinsip weight training adalah kesedian
untuk mengulang-ulang apa yang dipelajari. Gerakan dilang berkali-kali sehingga
pada akhirnya gerakan-gerakan itu dapat dilaksanakan tanpa memikir, segala
sesuatu sudah berlangsung secara otomatis, cepat dan efesien. Latihan harus
cukup berat sehingga dapat merangsang adaptasi-adaptasi dalam badan. Latihan
yang ringan tidak akan menimbulkan kemajuan dalam kemampuan begitu pula
sebaliknya. Latihan-latihan harus ditingkatkan, latihan harus teratur. Pada
akhirnya kemampuan berprestasi ini dibatasi oleh bakat yang tersimpan didalam
anak (Bambang Wijanarko, 1994 : 113).
Dalam
memilih macam latihan hendaknya disesuaikan dengan nomor lempar yang diikuti,
pada masa persiapan tahap kedua dapat dilakukan 2 kali dalam seminggu, dan pada
masa perlombaan masih dapat dilakukan sekali seminggu.
2. Latihan
kecepatan
Seorang
pelempar tidak hanya harus kuat, tetapi juga mampu bergerak dengan cepat. Bagi
pelempar, kecepatan akan memberikan kekuatan eksplosif yang sangat berguna
untuk meningkat prestasi lempar. Latihan kecepatan bagi para pelempar dapat
berupa : lari 30 meter, loncat tegap, jingkat 3 kali dan pul-up.
3. Latihan daya
tahan
Seorang
pelempar juga harus mempunyai daya tahan. Ini dapat dicapai dengan latihan
gross country serta lari interval.
4. Latihan
kelincahan dan keterampilan
Seorang
pelempar harus juga memiliki kelincahan dan keterampilan. Ini dapat dicapai
dengan latihan : senam lantai dan senam ketangkasan, loncat tali (rope
skiping).
E. Pengaruh panjang lengan terhadap prestasi lempar cakram
E. Pengaruh panjang lengan terhadap prestasi lempar cakram
Pengaruh lengan terhadap prestasi lempar pada umumnya sangat
besar, ditinjau dari fungsi lengan sebagai penahan, pemegang dan sebagai alat
lemparan terakhir dengan gaya lenting. Fungsi lengan dalam lemparan ini sesuai
dengan pendapat yang mengatakan otot lengan adalah kekuatan otot-otot atau
kelompok otot untuk mengatasi suatu beban dalam menjalankan suatu aktivitas
(Abdul Hamid Syeeh Nur, 1993 : 135).
Makin tinggi dan
besar pelempar cakram, makin baik adanya. Pelempar dengan lengan panjang akan
lebih menguntungkan daripada berlengan pendek. Sebab lengan yang panjang
mempunyai jangkauan ayunan yang lebih jauh (Winarno surachman, 1992 : 20).
Menunjukkan bahwa bukti akan kebenaran pendapat diatas. Oleh karena itu para
Pembina olahraga khususnya pelempar cakram perlu kiranya memperhatikan postur
atau bentuk tubuh merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian
preastasi yang maksimal (Soeharno HP, 1985
Seorang
yang mempunyai tubuh yang lebih tinggi dan besar sudah jelas mempunyai
jangkauan yang lebih jauh daripada yang mempunyai bentuk tubuh pendek yang pada
gilirannya tidak akan mampu melempar yang lebih jauh.
Gambar Lapangan Lempar Cakram
BAB 2
Pengertian
Lari Sambung (Estafet)
Lari
sambung atau lari estafet adalah salah satu nomor lomba lari pada perlombaan
atletik yang dilaksanakan secara bergantian atau berantai. Dalam satu regu lari
sambung ada empat orang pelari, yaitu pelari pertama, kedua, ketiga, dan
keempat. Pada nomor lari sambung ada kekhususan yang tidak akan dijumpai pada
nomor lari yang lain, yaitu memindahkan tongkat sambil berlari cepat dari
pelari kesatu kepada pelari berikutnya.
Nomor lari sambung yang sering diperlombakan
adalah nomor 4×100 meter dan nomor 4×400 meter. Dalam melakukan lari sambung
bukan teknik lari saja yang perlu diperhatikan, tetapi pemberian dan menerima
tongkat di zona (daerah) pergantian seperti penyesuaian jarak dan kecepatan
dari setiap pelari.
Lari sambung dimulai dari bangsa Aztek, Inka,
dan Maya bertujuan untuk meneruskan berita yang elah diketahui sejak lama. Di
Yunani, estafet obor diselenggarakan dalam hubungannya dengan pemujaan leluhur
dan untuk meneruskan api keramat ke jajahan-jajahan baru. Tradisi api Olimpiade
berasal dari tradisi Yunani tersebut
Lari
estafet 4×100 meter dan 4×400 meter bagi pria dalam bentuk sekarang ini,
pertama-tama diselenggarakan pada olimpiade tahun 1992 di Stockholm. Estafet
4×100 meter bagi wanita sejak tahun 1928 menjadi nomor Olimpiade dan 4×400
meter dilombakan sejak tahun 1972
Teknik
Lari Sambung (Estafet)
Suksesnya
lari estafet sangat bergantung dari kelancaran penggantian tongkat. Waktu yang
dicapai akan lebih baik (lebih cepat) jika pergantian tongkat estafet
berlangsung dengan baik pula. Suatu regu lari estafet yang terjadi dari
pelari-pelari yang baik hanya akan dapat memenangkan perlombaan, jika mampu
melakukan pergantian tongkat estafet dengan sukses.
Ukuran
tongkat yang digunakan pada lari estafet adalah
· Panjang
tongkat : 28-30 cm
· Diameter
tongkat : 38 mm
· Berat
tongkat : 50 gr
Pada
lari sambunga ada beberapa macam cara dalam pemberian tongkat estafet dari
pelari kepada pelari berikutnya. Secara garis besar, pergantian tongkat srtafet
itu ada 2 macam, yaitu dengan melihat (visual) dan tanpa melihat (nonvisual).
Teknik
Penerimaan Tongkat
Perlombaan
lari sambung mengenal dua cara penerimaan tongkat, yaitu:
Keterampilan
teknik penerimaan tongkat dengan cara melihat
Pelari
yang menerima tongkat melakukannya dengan berlari sambil menolehkan kepala
untuk melihat tongkat yang diberikan oleh pelari sebelumnya. Penerimaan tongkat
dengan cara melihat biasanya dilakukan pada nomor 4×400 meter.
Keterampilan
teknik penerimaan tongkat estafet dengan cara tidak melihat
Pelari
yang menerima tongkat melakukannya dengan berlari tanpa melihat tongkat yang
akan diterimanya. Cara penerimaan tongkat tanpa melihat biasanya digunakan
dalam lari estafet 4×100 meter.
Dilihat
dari cara menerima tongkat, keterampilan gerak penerima tongkat tanpa melihat
lebih sulit dari pada dengan cara melihat. Dalam pelaksanaannya, antara
penerima dan pemberi perlu melakukan latihan yang lebih lama melalui pendekatan
yang tepat
a. Teknik
Pemberian dan Penerimaan Tongkat Estafet
Prinsip
lari sambung adalah berusaha membawa tongkat secepat-cepatnya yang dilakukan
dengan memberi dan menerima tongkat dari satu pelari kepada pelari lainnya,
agar dapat melakukan teknik tersebut, pelari harus menguasai keterampilan gerak
lari dan keterampilan memberi serta menerima tongkat yang dibawanya.
Dalam
beberapa perlombaan lari sambung, seringkali suatu regu dikalahkan oleh regu
lainnya hanya karena kurang menguasai keterampilan gerak menerima dan
memberikan tongkat dari satu pelari kepada pelari yang lainnya. Bahkan,
seringkali suatu regu didiskualifikasi hanya karena kurang tepatnya penerimaan
dan pemberian tongkat.
Lari
sambung mengenal dua keterampilan teknik pemberian dan penerimaan tongkat,
yaitu:
1) Keterampilan
teknik pemberian dan penerimaan tongkat estafet dari bawah
Keterampilan
teknik ini dilakukan dengan cara pelari membawa tongkat dengan tangan kiri.
Sambil berlari atlet akan memberikan tongkat tersebut dengan tangan kiri. Saat
akan memberi tongkat, ayunkan tongkat dari belakang ke depan melalui bawah.
Sementara itu, tangan penerima telah siap dibelakang dengan telapak tangan
menghadap ke bawah. Ibu jari terbuka lebar, sementara jari-jari tangan lainnya
dirapatkan.
2)
Keterampilan teknik pemberian dan penerimaan tongkat estafet dari atas
Keterampilan
teknik ini dilakukan dengan cara mengayunkan tangan dari belakang ke depan,
kemudian dengan segera meletakan tongkat dari atas pada talapak tangan
penerima. Pelari yang akan menerima tongkat mengayunkan tangan dari depan ke
belakang dengan telapak tangan menghadap ke atas. Ibu jari di buka lebar dan
raji-jari angan lainnya rapat.
Pada
keterampilan teknik pemberian tongkat dari atas, pemberian dan penerimaan
tongkat dilakukan pada bagian tangan yang sama. Apabila pemberi melakukannya
dengan angan kanan, penerima akan melakukannya dengan tangan kanan pula.
b. Daerah
Pergantian Tongkat Estafet Antarpelari
Suatu
regu lari estafet yang terdiri dari pelari-pelari yang baik hanya akan dapat
memenangkan perlombaan jika mampu melakukan pergantian tongkat estafet dengan
cepat dan sempurna. Cara menempatkan pelari-pelari tersebut adalah sebagai
berikut.
1) Pelari
ke-1 ditempatkan didaerah start pertama dengan lintasan di tikungan.
2) Pelari
ke-2 ditempatkan didaerah start kedua dengan lintasan lurus.
3) Pelari
ke-3 ditempatkan didaerah start ketiga dengan lintasan ditikungan
4) Pelari
ke-4 ditempatkan di daerah start keempat dengan linasan lurus dan berakhir di
garis finish
Latihan
Memberi dan Menerima Tongkat Estafet dalam Bentuk Perlombaan
Tujuan:
melatih kerjasama dalam ketepatan dan kecepatan berlari sehingga hasil akhir
dapat tercapai dengan baik.
Cara
Melakukannya:
1) Buatlah
beberapa regu estafet (masing-masing terdiri dari 4 pelari atau siswa) dan
masing-masing pelari atau siswa ditempatkan dengan jarak 100 meter
2) Setalah
ada aba-aba ”bersiap” pelari pertama segera menempatkan posisinya (sikap start
jongkok)
3) Setelah
ada aba-aba ”ya”, pelari tersebut berlari secepat-cepatnya menuju pelari atau
atlat kedua yang sudah siap untuk menerima tongkat
4) Setelah
keempat pelari menyelesaikan tugasnya dan pelari terakhir (keempat) masuk ke
garis finish tanpa membuat kesalahan maka regu yang tiba di garis finish
pertama keluar sebagai pemenang
Hal-Hal
yang Perlu Diperhaikan dan Peraturan Perlombaan Lari Estafet
a. Hal-Hal
yang Harus Diperhatikan dalam Lari Estafet
1)
Pemberian tingkat sebaiknyasecara bersilang, yaitu pelari 1 dan 3 memegang
tongkat pada angan kanan, sedangkan pelari 2 dan 4 menerima aau memegang tongkat
dengan tangan kiri
2)
Penempatan pelari hendaknya disesuaikan dengan keistimewaan dari masing-masing
pelari. Misalnya, pelari 1 dan 3 dipilih yang benar-benar baik dalam tikungan.
Pelari 2 dan 4 merupakan pelari yang mempunyai daya tahan yang baik.
3) Jarak
penantian pelari 2, 3, dan 4 harus benar-benar diukur dengan tepat
4) Setelah
memberikan tongkat estafet jangan segera keluar dari lintasan masing-masing.
b.
Peraturan Perlombaan
1) Panjang
daerah pergantian tongkat estafet adalah 20 meter, 1,20 meter dan bagi pelari
estafet 4×100 meter ditambah 10 meter prazona. Prazona adalah suatu daerah di
mana pelari yang akan berangkat dapat mempercepat larinya, tetapi di sini tidak
terjadi pergantian tongkat.
2) Setiap
pelari harus tetap tinggal di jalur lintasan masing-masing meskipun sudah
memberikan tongkatnya kepada pelari berikutnya. Apabila tongkat terjatuh,
pelari yang menjatuhkannya harus mengambilnya.
3) Tongkat
estafet harus berukuran panjang tongkat 28-30 cm, diameter tongkat 38 mm, berat
tongkat 50 gr
4) Dalam
lari estafet, pelari pertama berlari pada lintasannya masing-masing sampai
tikungan pertama, kemudian boleh masuk ke lintasan dalam, pelari ketiga dan
pelari keempat menunggu di daerah pergantian secara berurutan sesuai kedatangan
pelari seregunya
BAB 3
Materi Lompat Tinggi
LOMPAT TINGGI
Lompat Tinggi merupakan satu nomor lompat yang dipertandingakan
dalam atletik.
Yang perlu diperhatikan
dalam lompat tinggi yaitu :
a) Lari awalan
b) Tolakan
c) Pada saat melayang
d) Pendaratan
Terdapat beberapa gaya
lompat tinggi, yaitu
1. gaya gunting
2. gaya timur
3. gaya guling barat
4. gaya pelana
5. gaya Fosbury Flop
Cara melakukan lompat
jauh
a) Gaya gunting Pelompat menuju ke palang secara bersudut dan
melonjak dengan kaki yang berada diluar dari palang. Semasa melepasi palang,
pelompat berada dalam keadaan duduk berlunjur.
b) Gaya Timur Pelompat menuju ke palang secara lurus dari hadapan
90 derajat. Semasa melonjak,kaki bebas dihayun secara tegak ke hadapan badannya
dan pelompat melepasi palang secara mengiring.
c) Gaya guling barat Penujuan ke palang secara bersudut seperti
dalam gaya gunting.Pelompat melonjak dengan kaki yang lebih dekat dengan
palang.Kaki lonjakan berada dalam keadaan bengkok semasa pelompat ‘ berguling’
selari dengan palang untuk membuat pelepasan.
d) Gaya pelana Gaya ini hampir sama dengan gaya fuling
barat.Pelompat menuju ke palang secara bersudut. Ketika melepasi palang, muka
pelompat memandang ke bawah dan keadaan badannya seolah-olah meniarap di atas
palang.
e) Gaya Fosbury Flop Gaya yang paling popular dan berkesan pada
masa kini ialah gaya Fosbury Flop gaya ini pelompat menuju ke palang
dengan membelakangi mistar.
LOMPAT TINGGI DENGAN
GAYA GULING PERUT
Perbedaan gay straddle dengan gaya yang lainnya terletak pada
pelaksanaannya , yaitun pada saat melewati mistar yang mengharuskan kaki di
buka lebar samapi sebelum pendaratan kedua kaki telah di buka lebar atau
kangkang . kaki tolak yang di gunkan pada gaya straddle adalah kaki terdekat
(kaki yang lebih dekat ke matras )dan mendarat dengan kaki ayun (terjauh).
a.
Lapangan dan peralatan lompat tonngi
Dalam pelaksanaan lompat tinggi di perlukan alat khusus
yaitu mistar yang dapat turun naik dan matras tebal untuk pendaratan .ukuran
perlengkapan dan bahan yang di gunakan harus sesuai standar yang telah di
tetapkan oloeh PASI , yaitu :
1. Mistar di buat dari logam atau
kayu yang berbentuk bulat atau segi tiga dengan diameter 25 mm samapai 30 mm
permukaan mistar harus datar atau halusdan kedua ujung harus persegi agar bias
dki topang tiang mistar panjang mistar tidak kurang dari 4 m dengan berat 2,3
kg
2. Lintasan untuk awalan sepanjang
18 m
3. Tiang mistar harus di buar dari
logam atau kayu yang kuat dan kokoh. Ketinggian mistar du naikan setiap 2-10 cm
4. Tempat mendarat minimal berukuran
4x5 meter ytang berupa matras atau karet busa\yang di tutup plastic atau kain .
b.
Teknik dasar lompat tinggi gaya straddle
Unsure dasar yang dapat mempengaruhi hasil lompatan yaitu awalan
,tolakan sikap melewati mistar , dan mendarat , selain itu ketepatan melakukan
lompatan ,kekuatan tungkai ,gaya ledak dari otot tungkai dan kelenturan dari
tubuh pelompat juga turut mempengaruhi .
1.
Awalan (apporoach)
a) Arah
Arah awalan di lakukan dengan sudut antara 35o
samapai 45o terhadap letak mistar panjang awalan delapan langkah
4 langkah terakhir lebih lkebar dari 4 langkah pertama aagar selalu bertumpu
pada titik tumpu yang tepat di anjurkan menggunakan tanda kalau trumpuan di
lakukan dengan kaki kiri , maka awalan di lakukan di sebelah kiri bak
lompatdengan kecepatan tinggi .
Ada beberapa alas an mengapa arah lompatan harus di buat miring
Memberikan jarak
yang cukup untuk mengayunkan kaki ayun pada say take off sehingga tidak
menendang matras atau mistar .
Agar
memungkinkan untuk mengerakan bagian tubuh yang lain melewati mistar sebelum
titik berat mencapai titik tertinggi
b) Kecepatan (speed)
Kecepatan awalan lompat
tinggi hanya dli perlukan untuk member momentum terhadap badan ketika melewati
mistar . sebagai patokan semakin tinggi mistar yang harus di lewati, kecepatan
awalan harus semakin tinggi .
c) Jarak (distance)
Semakin besar kecepatan
yang di perlukan semakin panjang jarak awalnya .
2.
Tolakan (take off)
Tolakan adalah proses
mengubah momentum horizontal dari awalan menjadi momentum yang di gunakan untuk
melewati mistar .Dalam gaya straddle kekuatan vertical yang di perlukan di
peroleh dari kecondongan tubuh kebelakang yang nyata sebelum take offdi ikuti
oleh gerakan kaki ayun dan tangan ke atas . Sikap badan yang agak menengandah
menyebabkan sudut tumpuan yang besar sehingga akan mem[ermudah gerakan mengayun
kaki yang juga membantu gerakan ke atas .
3.
Melewati mistar
Setelah mencapai titik
tinggi maksimum , berat badan di putar kekiri penuh dengan kepala mendahului
melewati mistar ,perut dan dada menghadap ke bawah . kaki yang semula
bergantung di tarik dalam sikap kangkang . pada saat ini9n kaki kanan sudah
turun dan tangan sudah siap-siap untuk mendarat
DAFTAR
PUSTAKA
Suharno H. P, Alat-Alat Tes
Pengukuran Kesegaran Jasmani, Jakarta, 1985
Aip Syarifudin, Pendidikan Jasmani, PT Gramedia Widiasarana, Jakarta, 1998
Engkos Kosasih, Olahraga Tehnik dan Program Latihan, Akademik Persindo Jakarta, 1985
Aip Syarifudin, Pendidikan Jasmani, PT Gramedia Widiasarana, Jakarta, 1998
Engkos Kosasih, Olahraga Tehnik dan Program Latihan, Akademik Persindo Jakarta, 1985
http://www.indoinfo.web.id/2011/08/24/pengertian-lari-sambung-estafet/
http://nandocitischool.blogspot.com/2011/10/materi-lompat-tinggi.html
0 komentar:
Posting Komentar